Entri Populer

Selasa, 08 Mei 2012

Tujuh (Lapis) Bumi

Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan hal tersebut di atas adalah sebagai berikut:
“Barangsiapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya) sebatas satu jengkal saja, maka ia akan dikalungkan kepadanya dari tujuh (lapis) bumi”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih Al-Bukhariy, Kitab Bad’ Al-Wahy, dengan redaksi sebagai berikut.
Kami mendapat hadis dari Ali bin Abdullah; tuturnya: Kami mendapat khabar dari Ibnu Ulayyah; dari Ali bin Al-Mubarak; tuturnya: Kamin mendapat hadis dari Yahya bin Abu Katsir; dari Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits; dari Abu Salamah bin Abdurrahman:
Syahdan ia terlibat sengketa tanah dengan seseorang. Ia kemudian menemui Aisyah ra. dan menceritakan permasalahan yang terjadi. Aisyah ra. pun berkata: “Wahai Abu Salamah, jauhilah permasalahan tanah, karena Rasulullah SAW pernah bersabda: Barangsiapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya)sebatas satu jengkal saja, maka ia akan dikalungkan kepadanya dari tujuh (lapis) bumi.”
Kami mendapat hadis dari Muslim bin Ibrahim, menceritakan kepada kami Abdullah bin Al-Mubarak; tuturnya: Kami mendapat hadis dari Misa bin Uqbah dari Salim, dari bapaknya ra. ia berkata: “Barangsiapa yang menyerobot sedikitpun tanah (orang lain) tanpa haknya, maka pada hari kiamat kelak ia akan ditenggelamkan bersama tanah yang diserobotnya ke dalam tujuh (lapis) bumi”.
Ulasan Hadis
Hadis-hadis tersebut di atas secara umum melarang segala bentuk kezaliman, dan lebih spesifik lagi pada tindak kezaliman berupa penyerobotan tanah milik orang lain.
Banyak sekali ayat Alqur’an, juga hadis Nabi yang melarang tinda kezaliman. Namun riwayat di atas lebih banyak berkutat pada larangan berbuat zalim dalam bentuk penyerobotan tanah milik orang lain tanpa mekanisme yang benar, disamping mengisyaratkan adanya tujuh (lapis) bumi.
Banyak sekali orang yang bingung memahami isyarat kosmologis ini. Banyak pula pertanyaan yang muncul seputar masalah tersebut.
Apakah tujuh bumi itu adalah tujuh planet yang terpisah dari bumi kita? Apakah 7 bumi itu termasuk dalam susunan tata surya sebagaimana dugaan sementara sebelum jumlah planet tata surya yang berhasil ditemukan mencapai sebelas planet? Apakah 7 bumi itu adalah planet-planet lain yang masih berada dalam galaksi kita? Ataukah 7 bumi itu berada dalam galaksi yang berbeda? Jika demikian halnya, lalu dimana ketujuh bumi tersebut?
Apalagi jika mempertimbangkan bahwa jumlah planet yang mirip dengan planet bumi di bagian langit dunia yang dapat dijangkau (galaksi kita) cukup banyak, dan penelitian-penelitian astronomipun telah mulai menemukan beberapa planet yang mirip dengan planet bumi tersebut meski dengan segala kesulitannya.
Pertanyaan lain, apakah ketujuh bumi itu tersebar di ketujuh langit dengan hipotesis bahwa setiap bumi memiliki langit tersendiri sebagaimana yang dibayangkan sementara kalangan, meski hipotesis ini jelas ditolak oleh nash-nash Alqur’an yang menegaskan bahwa bintang-bintang (dan lebih lanjut planet-planet dan satelitnya) hanyalah hiasan langit dunia saja?
Apakah 7 bumi itu adalah 7 lapisan di dalam planet bumi yang kita tinggali sekarang ini yang saling melapisi satu sama lain dan bertingkat-tingkat mengelilingi satu poros?
Hadis-hadis Nabi SAW yang telah diisyaratkan di atas mendukung persepsi terakhir ini yang juga telah dibuktikan oleh kajian fisika tentang struktur bumi bagian dalam.
Struktur Dalam Bumi
Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut.
  1. Centrosphere (Inti Bumi)
  2. Lapisan Luar Inti Bumi
  3. Lapisan Terbawah Pita Bumi (Pita Bawah)
  4. Lapisan Tengah Pita Bumi (Pita Tengah)
  5. Lapisan Teratas Pita Bumi (Pita Atas)
  6. Lapisan Bawah Kerak Bumi
  7. Lapisan Atas Kerak Bumi
tujuh-lapis-bumi

Firman Allah di akhir surah Ath-Thalaq yang artinya:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperi itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq (65):12)
Juga firman Allah yang terdapat dalam surah Al-Mulk yang artinya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk (67):3-4)
Kata thiqaban (berlapis-lapis) pada ayat di atas berarti kebertingkatan (muthabaqah) seputar satu pusat, dimana yang di luar membungkus yang di dalam. Bukan thibaqan yang berarti bertingkat-tingkat (thabaqat) satu di atas yang lain secara horizontal (datar) sebagaimana yang dipersepsikan sebagian kalangan sebelumnya.
Semoga rahmat Allah tercurah pada Al-Biqa’i ketika ia mengatakan: Thibaqan berarti “Dzatu Thibaq” (yang memiliki kesesuaian), dimana setiap bagiannya sesuai dan cocok dengan bagian yang lain dan tidak ada bagian yang menyimpang. Dan model kesesuaian seperti ini tidak mungkin terwujud kecuali jika bumi berbentuk bulat. Sementara langit dunia mengelilinginya dari berbagai sisi layaknya kulit telur mengelilingi telur. Langit kedua menegelilingi langit dunia dan seterusnya hingga ‘Arsyi mengelilingi semuanya. Dan Kursi yang berada paling dekat dengan ‘Arsyi bagaikan sebuah gelang di padang sahara yang teramat luas. Jika Kursi yang terdekat dengan poros langit saja sedemikian kecil bagi ‘Arsyi, lalu bagaimana dengan benda-benda angkasa di bawahnya? Bagaimana pula dengan setiap langit yang di atas benda-benda angkasa ini? Kalangan ahli astronomi menetapkan bahwa lapisan di atasnya senantiasa menjadi langit bagi lapisan di bawahnya. Dan tidak ada ayat Alqur’an maupun hadi Nabi yang menyangkal hal tersebut, bahkan zhahir ayat Alqur’an maupun hadis Nabi SAW justru menyetujuinya.
Kunklusi ini lebih dikuatkan dengan posisi saling berhdap-hadapannya langit yang begitu luas dengan bumi yang begitu kecil yang diisyarakan oleh puluhan ayat Alqur’an. Dan dipertegas lagi dengan isyarat tentang zona pemisah antara langit dan bumi dalam dua puluh ayat Alqur’an sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya.” (QS. Maryam (19):65)
Konklusi bahwa ketujuh bumi berada di dalam bumi kita, dimana setiap lapisan membungkus lapisan yang di dalamnya, dan bumi lebih lanjut dilingkupi oleh tujuh langit: yang diawali dengan langit dunia dan dilanjutkan dengan enam langit yang saling membungkus langit yang di bawahnya, dikuatkan oleh isyarat Alqur’an yang menyatakan kesesuaian (tathabuq) penjuru langit yang teramat luas dengan bumi yang teramat sangat kecil. Isyarat tersebut tertuang dalam firman Allah SWT yang artinya:
“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman (55):33)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar